Sunday, November 17, 2013

MEMANCING UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF KE TIGA


            Untuk mendapatkan gagasan yang lebih baik tentang bagaimana tingkat komunikasi kita mempengaruhi efektifitas kesalingtergantungan kita, bayangkanlah sekenarion berikut ini :
            Saat ini masa liburan, dan seorang suami ingin mengajak keluarganya ke desa dekat untuk berkemah dan memancing. Hal ini penting baginya, ia sudah merencanakanya  sepanjang tahun. Ia sudah memesan tempat di sebuah pondok di tepi danau dan memesan perahu sewaan, dan putra-putranya ingin sekali pergi.
            Namun, istrinya ingin menggunakan masa liburan itu untuk mengunjungi ibunya yang sedang sakit di rumahnya yang berjarak 250 mil dari tempat mereka. Si istri jarang mempunyai kesempatan untuk menengok ibunya, dan hal ini penting baginya.
            Perbedaan mereka dapat menjadi penyebab bagi pengalaman negatif yang besar.
            “Rencana sudah di buat. Anak-anak ingin sekali pergi. Kita harus melanjutkan perjalanan memancing ini” kata si suami.
            “Tapi, kita tidak tahu berapa lama lagi ibuku akan bertahan, dan aku ingi berada di dekatnya,” jawab istri. “Inilah satu-satunya kesempatan sengan waktu yang cukup untuk pergi ke sana.”
“Sepanjang tahun kita sudah menantikan liburan satu minggu ini.Anak-anak akan menderita karena terpaksa duduk-duduk saja di rumah neneknya selama seminggu. Mereka akan membuat jengkel semua orang. Selain itu, penyakit ibumu tidak terlalu parah. Dan ada saudara perempuanmu yang tinggal kurang dari satu mil jauhnya untuk mengurusnya.”
            “ia ibuku juga. Aku ingin bersamanya.”
            “Kau dapat menelepon ibumu setiap malam. Dan kita merencankan untuk meluangkan waktu bersamanya dalam reuni keluarga hari lebaran nanti. Ingat?”
            “itu masih lebih dari lima bulam lagi. Kita bahkan tidak tahu apakah ia masih hidup saat itu. Selain itu, ia membutuhkan aku, dan ia menginginkan aku.”
            “ia sudah diurus dengan baik. Lagi pula, anak-anak dan aku juga membutuhkanmu.”
            “Ibuku lebih penting daripada memancing.”
            “Suamimu dan anak-anakmu lebih penting daripada ibumu.”
            Mereka tidak sepakat, tetapi akhirnya mereka mungkin muncul dengan semacam kompromi. Merkea mungkin memutuskan untuk berpisah si suami mengajak anak-anaknya memancing di danau dan sementara si istri mengunjungi ibunya. Dan mereka sama-sama merasa bersalah dan sedih. Anak-anaknya merasakanya, dan ini mempengaruhi kesenangan mereka selama liburan.
            Si suami ungkin menyerah pada kehendak istrinya, tetapi ia menurut dengan enggan. Dan sadar atau tidak, ia menampilkan bukti-bukti memenuhi ramalannya mengenai  betapa minggu tersebut membuat semua orang menderita.
            Si istri mungkin menyerah pada kemauan suaminya, tetapi ia akan menarik diri dan bereaksi berlebihan terhadap perkembangan baru apa pun mengenai situasi kesehatan ibunya. Jika penyakit ibunya semakin parah dan akhirnya ibunya meninggal, suaminya tiak pernah dapat memaafkan dirinya sendiri, dan ia juga tidak dapat memaafkan suaminya.
            Suami istri tersebut melihat situasinya dengan cara yang berbda. Dan perbedaan itu dapat menyebabkan mereka berdiri pada dua kutub yang bertentangan, memisahkan mereka, menciptakan keretakan dalam hubungan mereka. Atau insiden ini dapat membawa mereka lebih dekat satu sama lain ke tingkat yang lebih tinggi. Jika mereka mengembangkan kebiasaan kesalingtergantungan yang efektif, mereka pun mendekati perbedaan mereka dari paradigma yang sepenuhnya berbeda. Komunikasi mereka terjadi pada tingkat yang lebih tinggi.


UNIVERSITAS GUNADARMA
http://www.gunadarma.ac.id/
http://studentsite.gunadarma.ac.id
 



No comments:

Post a Comment