Untuk
mendapatkan gagasan yang lebih baik tentang bagaimana tingkat komunikasi kita
mempengaruhi efektifitas kesalingtergantungan kita, bayangkanlah sekenarion
berikut ini :
Saat
ini masa liburan, dan seorang suami ingin mengajak keluarganya ke desa dekat
untuk berkemah dan memancing. Hal ini penting baginya, ia sudah
merencanakanya sepanjang tahun. Ia sudah
memesan tempat di sebuah pondok di tepi danau dan memesan perahu sewaan, dan
putra-putranya ingin sekali pergi.
Namun,
istrinya ingin menggunakan masa liburan itu untuk mengunjungi ibunya yang sedang
sakit di rumahnya yang berjarak 250 mil dari tempat mereka. Si istri jarang
mempunyai kesempatan untuk menengok ibunya, dan hal ini penting baginya.
Perbedaan
mereka dapat menjadi penyebab bagi pengalaman negatif yang besar.
“Rencana
sudah di buat. Anak-anak ingin sekali pergi. Kita harus melanjutkan perjalanan
memancing ini” kata si suami.
“Tapi,
kita tidak tahu berapa lama lagi ibuku akan bertahan, dan aku ingi berada di
dekatnya,” jawab istri. “Inilah satu-satunya kesempatan sengan waktu yang cukup
untuk pergi ke sana.”
“Sepanjang tahun kita sudah menantikan
liburan satu minggu ini.Anak-anak akan menderita karena terpaksa duduk-duduk
saja di rumah neneknya selama seminggu. Mereka akan membuat jengkel semua
orang. Selain itu, penyakit ibumu tidak terlalu parah. Dan ada saudara
perempuanmu yang tinggal kurang dari satu mil jauhnya untuk mengurusnya.”
“ia
ibuku juga. Aku ingin bersamanya.”
“Kau
dapat menelepon ibumu setiap malam. Dan kita merencankan untuk meluangkan waktu
bersamanya dalam reuni keluarga hari lebaran nanti. Ingat?”
“itu
masih lebih dari lima bulam lagi. Kita bahkan tidak tahu apakah ia masih hidup
saat itu. Selain itu, ia membutuhkan aku, dan ia menginginkan aku.”
“ia
sudah diurus dengan baik. Lagi pula, anak-anak dan aku juga membutuhkanmu.”
“Ibuku
lebih penting daripada memancing.”
“Suamimu
dan anak-anakmu lebih penting daripada ibumu.”
Mereka
tidak sepakat, tetapi akhirnya mereka mungkin muncul dengan semacam kompromi.
Merkea mungkin memutuskan untuk berpisah si suami mengajak anak-anaknya
memancing di danau dan sementara si istri mengunjungi ibunya. Dan mereka
sama-sama merasa bersalah dan sedih. Anak-anaknya merasakanya, dan ini
mempengaruhi kesenangan mereka selama liburan.
Si
suami ungkin menyerah pada kehendak istrinya, tetapi ia menurut dengan enggan.
Dan sadar atau tidak, ia menampilkan bukti-bukti memenuhi ramalannya
mengenai betapa minggu tersebut membuat
semua orang menderita.
Si
istri mungkin menyerah pada kemauan suaminya, tetapi ia akan menarik diri dan
bereaksi berlebihan terhadap perkembangan baru apa pun mengenai situasi
kesehatan ibunya. Jika penyakit ibunya semakin parah dan akhirnya ibunya
meninggal, suaminya tiak pernah dapat memaafkan dirinya sendiri, dan ia juga
tidak dapat memaafkan suaminya.
Suami
istri tersebut melihat situasinya dengan cara yang berbda. Dan perbedaan itu
dapat menyebabkan mereka berdiri pada dua kutub yang bertentangan, memisahkan
mereka, menciptakan keretakan dalam hubungan mereka. Atau insiden ini dapat
membawa mereka lebih dekat satu sama lain ke tingkat yang lebih tinggi. Jika
mereka mengembangkan kebiasaan kesalingtergantungan yang efektif, mereka pun
mendekati perbedaan mereka dari paradigma yang sepenuhnya berbeda. Komunikasi
mereka terjadi pada tingkat yang lebih tinggi.
UNIVERSITAS GUNADARMA
http://www.gunadarma.ac.id/
http://studentsite.gunadarma.ac.id
http://www.gunadarma.ac.id/
http://studentsite.gunadarma.ac.id
No comments:
Post a Comment