Friday, November 4, 2011

Pemerataan Pendidikan di Indonesia

pemerataan pendidikan di indonesia

Indonesia adalah negara berkembang yang masih mengalami berbagai proses pembangunan. Di sektor pendidikan, Indonesia masih kurang mengembangkan SDM yang dimiliki masyarakat. Buktinya, dalam sebuah survei mutu pendidikan, Indonesia menempati urutan ketiga dari bawah di antara 40 negara lain.
Sistem pendidikan di Indonesia selalu disesuaikan dengan kondisi politik dan birokrasi yang ada. Padahal menurut saya, itu bukanlah masalah utama dalam meningkatkan mutu pendidikan. Yang lebih penting adalah bagaimana pelaksanaan di lapangan, termasuk kurangnya pemerataan pendidikan, terutama di daerah tertinggal.
Fenomena yang ada di Indonesia cukup ironis. Banyaknya lulusan sekolah tingkat menengah dan perguruan tinggi setiap tahunnya, ternyata tidak sebanding dengan lowongan pekerjaan yang disediakan. Hal itu jelas menambah jumlah pengangguran di Indonesia. Bahkan angka pengangguran mencapai 9,5% per tahun. 
Untuk menuju pemerataan pendidikan yang efektif dan menyeluruh, kita perlu mengetahui beberapa permasalahan mendasar yang dihadapi sektor pendidikan kita. Permasalahan itu antara lain mengenai keterbatasan daya tampung, kerusakan sarana prasarana, kurangnya tenaga pengajar, proses pembelajaran yang konvensional, dan keterbatasan anggaran. 
Keterbatasan daya tampung sangat berpengaruh dalam proses pemerataan pendidikan. Banyak sekolah yang memiliki daya tampung tak seimbang dengan jumlah murid yang diterima saat penerimaan murid baru. Akibatnya, proses belajar mengajar pun menjadi kurang maksimal. Di Indonesia, kuota siswa dalam satu kelas masih terlalu banyak. Negara-negara maju di Austaralia hanya mendidik sekitar 20 siswa dalam satu kelas. Jika kita bandingkan, berarti kuota siswa di Indonesia dalam sekelas adalah dua kali lipat dibanding Australia. Itulah salah satu faktor yang menyebabkan tidak maksimalnya proses belajar-mengajar.
Sebenarnya hal itu masih berkaitan dengan jumlah tenaga pengajar yang ada. Sekolah yang ada di beberapa daerah yang masih tertinggal mempunyai masalah dengan keterbatasan tenaga pengajar. Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan di lapangan disebabkan sulitnya menyediakan guru-guru berkualitas untuk mengajar di daerah-daerah.
Aksesbilitas atau daya tampung yang tersedia di Indonesia hanya mencapai separuh dari jumlah siswa yang ada. Dengan adanya ketimpangan ini maka secara otomatis akan menjadi problem tingginya angka anak yang putus sekolah. 
Untuk meminimalisasi keterbatasan daya tampung, kita dapat merealisasikan beberapa solusi yang ada. Peran sekolah swasta dan sekolah terbuka cukup signifikan mengingat makin tingginya jumlah siswa tiap tahun. Selain itu, kita dapat meningkatkan program e-learning. Metode mengajar ini dapat diterapkan bagi anak-anak yang memiliki kemapuan intelektual dan ekonomi di atas rata-rata. Dengan e-learning maka kebutuhan akan ketersediaan kelas akan terkurangi.
Selain masalah itu, minimalnya sarana prasarana yang ada juga cukup berpengaruh. Pemerataan pendidikan, terutama di daerah tertinggal, sangat memerlukan adanya peningkatan di bidang sarana prasarana. Padahal Sarana dan prasarana ini sangat vital peranannya dalam proses belajar mengajar. Terbatasnya fasilitas untuk pembelajaran ini berkaitan dengan dana yang disediakan pemerintah.
Di tahun 2008 ini, pemerintah telah menyisihkan sekitar 20% dana APBN untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pemerataan pendidikan hingga daerah-daerah tertinggal tentu membutuhkan anggaran dana yang tidak sedikit. Dana BOS yang disediakan oleh pemerintah merupakan bentuk perhatian pemerintah akan pentingnya pemerataan pendidikan bagi setiap orang. Meskipun belum dapat terealisasikan sepenuhnya, akan tetapi hal itu sudah cukup meminimalisasi biaya yang dikeluarkan masyarakat terutama yang berekonomi menengah ke bawah. 
Pemerataan pendidikan memang tak bisa direalisasikan tanpa adanya kerja sama berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat yang bersangkutan.

Kualitas Pendidikan di Indonesia

Kualitas Pendidikan di Indonesia
Pendidikan merupakan investasi atau aset yang berharga bagi setiap orang. Dimana investasi akan dapat meningkatkan nilai stock manusia dengan kualitas pendidikan yang bermutu. Tanpa pendidikan, taraf hidup serta standar kualitas seorang manusia bisa dikatakan akan berdampak buruk. Seseorang yang memperoleh pendidikan yang semakin tinggi tentunya akan mempunyai kualitas yang jauh lebih baik dibandingkan mereka yang hanya tamat sekolah dasar. Pada sektor pendidikan ini belum menjadi sektor utama perhatian pemerintah. Buktinya, masih banyak sekolah rusak, anak putus sekolah dan buta huruf. Pada tingkat SD hingga SMP, pemerintah telah mencanangkan program sekolah gratis. Terutama yang berada pada daerah pemukiman dan pinggiran kota. Hal ini dimaksudkan agar memberikan peluang bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dapat mengenyam pendidikan sama dengan masyarakat yang memiliki taraf hidup lebih tinggi.
Setiap negara diseluruh dunia begitu menekankan pentingnya kualitas pendidikan. Salah satu langkah konkret untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan menetapkan anggaran pendidikan yang lebih besar dibandingkan anggaran lainnya. China dan Korea Selatan menjadi dua negara yang begitu menekankan pentingnya pendidikan bagi rakyatnya. Anggaran pendidikan di China mencapai 13,1% dari anggaran negara, sedangkan di Korea Selatan anggaran pendidikan negara mencapai 18,9%. Bandingkan dengan Indonesia yang memang menganggarkan anggaran pendidikan sebesar 20%, namun pada prakteknya masih jauh dari kenyataan.
Namun, beberapa tahun ini Indonesia telah meningkatkan angka partisipasi sekolah dengan baik. Angka partisipasi, terutama pada jenjang pendidikan dasar, dapat disejajarkan dengan negara-negara di Asia bagian timur lain yang mempunyai tingkat pendapatan perkapita yang lebih tinggi. Angka partisipasi ini sempat menurun ketika krisis, namun segera meningkat karena disebabkan salah satunya oleh pengenalan program beasiswa dan dana sekolah yang dimaksudkan untuk menjamin setiap anak bisa bersekolah

Peran Keluarga Dalam Perkembangan Kepribadian Anak

Apa peran keluarga dalam perkembangan kepribadian anak?


Keluarga adalah sarana awal perkembangan anak dan benih akal penyusunan kematangan individu dan struktur kepribadian. Keluarga juga merupakan salah satu elemen pokok pembangunan entitas-entitas pendidikan, menciptakan proses natrulisasi sosial, membentuk kepribadian-kepribadian serta memberi berbagai kebiasaan baik pada anak-anak. Bagi seorang anak, keluarga memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan hidup maupun dalam menemukan makna dan tujuan hidupnya. Untuk mencapai perkembangannya, seorang anak membutuhkan kasih sayang, rasa aman dan perhatian dari keluarga khususnya orang tua. Didalam keluarga lah pertama kali dia mengalami hubungan dengan manusia dan memperoleh representasi dari sekelilingnya. Pengalaman hubungan dengan keluarga semakin diperkuat dalam proses pertumbuhan sehingga melalui pengalaman makin mengakrabkan seorang anak dengan lingkungn keluarga. Keluarga dibutuhkan oleh seorang anak untuk mendorong, menggali, mempelajari dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan, agama, norma-norma. 
             Agar suatu keluarga dapat dikatakan keluarga yang sehat dan bahagia maka harus memiliki beberapa kriteria yang sangat penting bagi perkembangan anak yaitu: kehidupan beragama dalam suatu keluarga, mempunyai waktu untuk bersama, mempunyai pola konsumsi yang baik bagi sesama anggota dan saling menghargai satu sama lain.

identifikasi sosial dampak banjir

IDENTIFIKASI DAMPAK BANJIR
Desa Dringu berada di dataran rendah yang berbatasan dengan pantai, lokasinya yang berada di hilir DAS ( Daerah Aliran Sungai ) / Muara Sungai Kedunggaleng mengakibatkan selalu menjadi limpasan banjir. Sarana dan prasarana yang peruntukannya bisa meminimalisir dampak banjir justru kurang memadai di wilayah ini, seperti pintu-pintu air irigasi, parapet, talud bahkan vegetasi penahan erosi sungai memprihatinkan .

Kondisi daya dukung lingkungan di hulu sungai dan dampak pemanasan global yang mulai terasakan, hal ini dapat dilihat dari intensitas dan fluktuasi volume banjir akhir Desember 2010 dan awal januari 2011di Desa Dringu. Rupanya perlu penanganan serius dari berbagai pihak. Rekayasa lingkungan termasuk (penerapan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah/RUTRW) mendesak untuk diadakan dan diterapkan, agar kemanfaatan jasa lingkungan yang berdampak sosial ekonomi cepat bisa dirasakan yang pada akhirnya dapat mengurangi beban hidup masyarakatnya ditengah kesulitan hidup sekarang ini.

Kelompok Usaha Pemberdayaan Masyarakat (KUPM) Desa Dringu yang “ter- motivasi dan bermimpi”  untuk berkehidupan sosial-ekonomi yang lebih baik dimasa sekarang dan masa datang, mencoba mengidentifikasi dampak banjir yang terjadi di Desa Dringu kab. Probolinggo. Adapun hasil identifikasi dampak ekonomi akibat banjir tersebut meliputi bidang pertanian, sedangkan identifikasi dampak pada bidang  perikanan/tambak (terlampir/merupakan hasil survai dari dinas perikanan dan kelautan sendiri), namun ada catatan hasil temuan bidang tambak di lapangan menunjukkan bahwa ikan di tambak sudah dipanen sebelum banjir.

Dari permasalahan diatas maka kami mengusulkan pada dinas/instansi serta pihak-pihak terkait, agar segera melakukan:
1.  Bantuan pada para petani / nelayan yang terdampak;
2.  Peninggian Parapet di sebelah Timur sungai ;
3.  Perbaikan pintu-pintu drainase/irigasi yang bermuara di sungai;
4. Pembuatan talud di sebelah Timur dan Barat sungai, khususnya di dekat Jembatan dusun Bandaran desa Dringu;
        5.  Penanaman tumbuhan penahan erosi di dinding Timur dan Barat sungai sepanjang utara 
             jembatan sampai pantai ditanami tanaman, jenis ( Aceh , Nipah dan Mangrouve/bakau/api2).
        6.  Selalu memberikan bimbingan motivasi serta pendampingan pada masyarakat, agar masyarakat 
             bisa berdaya dalam kehidupan sosial ekonominya.
IMG_0100.JPG
IMG_0087.JPG